KHUSYU’ DALAM SHALAT

    Shalat adalah salah satu ibadah murni yang harus dilaksanakan dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW. “Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”(HR.Bukhari,Muslim dan Ahmad). “Barang siapa beramal suatu amalan yang tidak ada petunjuk dari kami, maka amalan itu ditolak.” (HR. Muslim).
    Imam Ahmad berkata: "Sesungguhnya kualitas keislaman seseorang adalah tergantung pada kualitas ibadah shalatnya. Kecintaan seseorang kepada Islam juga tergantung pada kecintaan dalam mengerjakan shalat. Oleh karena itu Takutlah kamu jika nanti menghadap Allah Azza Wa Jalla tanpa membawa kualitas keislaman yang baik. Sebab kualitas keislaman dalam hal ini ditentukan oleh kualitas ibadah shalatmu." (Ibn al Qayyim, ash Sholah)
    Demikian pentingnya ibadah shalat, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali dihisab pada Hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka ia berbahagia dan selamat. Dan apabila shalatnya rusak, maka ia akan celaka dan merugi” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i).
    Namun kebanyakan kaum muslimin sering menjadi pelanggan shalat yang kerap alpa, dan lalai. "Maka datanglah sesudah mereka generasi yang jelek yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya; maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (QS. Maryam: 59). Shalat sudah dianggap melelahkan, terlalu menguras waktu, dan terkesan membosankan. Nabi bersabda: "Sesungguhnya karunia pertama yang dicabut Allah dari para hamba-Nya adalah kekhusyu'an dalam shalat." (HR. Bukhari, Ath-Thabrani , An-Nasa'i  dan lain-lain dari Syaddad, bin 'Aus)

Menurut Prof TM Hasbi A, sebagian umat bershalat dapat digolongkan menjadi :
1. Golongan ummat yang bershalat semaunya, tidak memperduliakan rukun dan syaratnya, mengacuhkan; makruh dan sunnatnya. Sabda Nabi SAW: ” Akan datang kepada manusia suatu masa dimana banyak orang yang merasakan dirinya bershalat padahal sebenarnya mereka tidak bershalat” (HR. Ahmad).
2. Golongan ummat yang bershalat karena pengaruh tradisi (kebiasaan) yang keliru, mereka tidak mengetahui apa yang dikerjakan dan apa makna yang diucapkan.
    Tak sembarang orang yang mampu dengan mudah mengabadikan amalan shalat, Kemudahan itu hanya milik mereka yang mampu tampil khusyu' dalam shalatnya. Allah berfirman: "Dan sesungguhnya yang demikian itu (shalat) amatlah berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'" (QS. Al-Baqarah: 45)
    Marilah, kita berupaya memperoleh kembali kekhusyu'an dalam shalat;" ya allah ajarkan aku berdzikir dan bersyukur pada mu dan ajarkan aku ikhlas beribadah pada mu".


Pengertian Khusyu' di dalam Shalat:
    “Kondisi hati yang penuh dengan ketakutan, mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan keagungan Allah. Kemudian semua, itu membekas dalam gerak-gerik anggota badan yang penuh khidmat dan konsentrasi dalam shalat, bila perlu menangis dan memelas kepada Allah; sehingga tak memperdulikan hal lain.” ('Lihat Al-Khusyu' karya Al-Hilali)
    Ibnu Abbas menjelaskan: "Artinya penuh takut dan khidmat." A1-Mujahid menyatakan: "Tenang dan tunduk." Sementara Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan: "Yang dimaksud dengan kekhusyu’an di situ adalah kekhusyu'an hati."
    Hasan al-Bashri, berkata: "Kekhusyu'an mereka itu berawal dari dalam sanubari, lalu terkilas balik ke pandangan mata mereka sehingga mereka menundukkan pandangan mereka dalam shalat". Imam Atha' berkata: "Khusyu' artinya, tak sedikitpun kita mempermainkan salah satu anggota tubuh kita".Jadi kekhusyu’an dalam shalat bukanlah sekedar kemampuan memaksimalkan konsentrasi sehingga fikiran hanya terfokus dalam shalat. Namun kekhusyu'an lebih merupakan kondisi hati yang penuh rasa takut, pasrah, tunduk dan sejenisnya; yang membias dalam setiap gerakan shalat sehingga menjadi nampak anggun, khidmat dan tidak serampangan.
    Khusu’ dalam shalat merupakan satu kondisi di mana kita melakukan shalat dengan tenang dan penuh konsentrasi, menghayati dan meresapi arti dan makna shalat yang sedang dikerjakan. Dan itu merupakan perkara yang sangat penting, agar ibadah yang kita laksanakan dapat dirasakan dalam kehidupan nyata, tidak semata-mata formalitas untuk menggugurkan kewajiban. (KH Muhyiddin Abdusshomad ).
    Menurut Prof TM Hasbi, khusuk adalah amalan hati, suatu keadaan (kelakuan) yang mempengaruhi jiwa, tampak pada aggota tubuhnya seperti tenang, sabar dan menundukkan diri. Sabda nabi SAW; ” sekiranya khusuk hati jiwa orang ini, tentulah khusuk segala anggota tubuhnya ( HR. Al hakim, at turmudzy dari abu khurairah).
    Menurut Ust Abdul azizi al khaly, yang dikehendaki mendirikan shalat adalah melaksanakan dengan sebaik-baiknya serta khusuk di dalamnya; menghayati segala maknanya dan mengingat allah bahwa shalat itu dilaksanakan untukNya.

KIAT KHUSYU' DALAM SHALAT
    Ada beberapa kiat khusyu' dalam shalat di antaranya:
1. Mengenal Allah, Menghadirkan, Mengagungkan dan Takut Kepada-Nya
    Orang yang paling khusyu' dalam shalat adalah orang yang paling bertakwa, firman Allah: “(orang-orang yang khusyu' yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabb mereka, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah: 46).
    Hanya orang-orang yang berilmu yang tergolong bertakwa kepada Allah. Dan merekalah yang digolongkan orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.

2. Menyadari Bahwa Shalat Adalah Perjumpaan, Sekaligus Komunikasi Dirinya Dengan Allah
    Hadits Nabi: "Apabila seorang di antaramu sedang shalat, sesungguhnya dirinya sedang berkomunikasi dengan Allah….” (HR. Bukhari, Muslim: Syarah Nawawi, An-Nasa'i).
    Imam Nawawi berkata: "..sesungguhnya ia sedang berkomunikasi kepada Rabb-nya...", merupakan isyarat akan pentingnya keikhlasan hati, kehadirannya {dalam shalat) dan pengosongannya dari selain berdzikir kepada Allah.." (Lihat Syarhu Shahih Muslim V/40-41).
    Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya kalian apabila shalat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan. (HR. Hakim).
    Dalam hadist qudsi Allah berfirman: Aku telah membagi al-Fatihah menjadi dua bagian untuk Ku dan untuk hamba Ku. Separuh untuk Ku dan separuh untuk hamba-Ku akan mendapatkan bagian dari permohonan yang diucapkannya. Rasulullah bersabda:Bacalah! Apabila hamba membaca al-Hamdulillahi Rabbil 'alamin, Allah Ta'ala menyahut:hamba-Ku memuji-Ku. Bila hamba membaca: Arrahmanir rahim, Allah Ta'ala menyahut: Hamba-Ku menyanjung-Ku. Bila hamba membaca Maaliki yaumid din, Allah menyahut: Hamba-Ku memuliakan-Ku. Bila seorang membaca Iyyakan na'budu wa iyyaaka nasta'iin, Allah menyahut: Ini bagian Ku dan bagian hamba-Ku dan hamba-Ku akan mendapat apa yang dimintanya. Bila hamba membaca Ihdinas siraatal mustaqim, siraatal laziina an'amta 'alaihim ghairil maghduubi 'alaihim wa laddaalin, Allah menyahut: Itu adalah hak hamba-Ku dia akan mendapat apa yang dimintanya".(H/R Muslim. Abu Awanah dan Malik).
    Hadist qudsi diatas sangat memperjelas bahwa terjadinya komunikasi seorang hamba kepada Allah, maka perhatikan dan makna bacaan ketika sholat karena kita lagi berkomunikasi dengan tuhan SWT.

3. Ikhlas Dalam Melaksanakannya
    Satu amalan yang dianggap pelakunya sudah ikhlas, tapi tidak cocok dengan ajaran syari'at (benar), tak akan diterima. Demikian juga amalan yang benar sesuai ketentuan, namun tidak ikhlas karena Allah, juga tak ada gunanya. Ikhlas, artinya hanya untuk Allah. Benar, artinya menuruti Sunnah Rasul. (Lihat Al-Hilyah - oleh Abu Nu'aim: V111/59, Tafsir Al-Baghwi: 1V/369, Zadul Masir: 1V/79)

4. Mengkonsentrasikan Diri Hanya Untuk Allah
    Rasulullah bersabda: "Seandainya seorang hamba (sesudah berwudhu dengan baik) tegak melakukan shalat, memuji Allah, menyanjung-Nya, mensucikan diri-Nya yang mana itu memang merupakan hak-Nya, mengkonsentrasikan diri hanya mengingat Allah; maka ia akan keluar dari shalatnya laksana bayi yang baru dilahirkan." (HR. Muslim dan Ahmad)
    Al-Imam Ibnu Katsir menyatakan: "Sesungguhnya kekhusyu’an dalam shalat itu hanya dapat dicapai oleh orang yang mengkonsentrasikan hatinya untuk shalat itu, disibukkan oleh shalat hingga tak mengurus yang lainnya; sehingga ia lebih mengutamakan shalat dari amalan yang lain."

5. Menghindari Berpalingnya Hati Dan Anggota Tubuh Dari Shalat
    Aisyah pernah bertutur: "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang berpalingnya wajah di kala shalat, ke arah lain. Beliau menjawab: "Itu adalah hasil curian setan dari shalat seorang hamba." (HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa'i)
    Ath-Tayyibi menyatakan: "Dinamakan dengan "hasil curian", menunjukkan betapa buruknya perbuatan itu. karena orang yang shalat itu tengah menghadap Allah, namun setan mengintai dan mencuri kesempatan. Apabila ia lengah, setan langsung beraksi!”
    Imam Ash-Shan'ani menyatakan: "Sebab dimakruhkannya berpaling tanpa hajat di kala shalat, karena itu dapat mengurangi kekhusyu'an, dan dapat juga menyebabkan sebagian anggota badan berpaling dari kiblat. Juga karena shalat itu adalah menghadap Allah.” (Lihat Subulu As-Salam I/309-310)
    Menurut Ibnul Qayyim, Allah senantiasa menghadap ke hamba-Nya selama hamba tersebut menghadap kepada-Nya, maka tatkala dia berpaling dengan hati ataupun pandangannya, maka Allah pun akan berpaling darinya.

6. Merenungi Setiap Gerakan Dan Dzikir-Dzikir Dalam Shalat
    “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci? (QS.47: 24).
    Ibnul Qayyim menyatakan: "Ada satu hal yang ajaib, yang dapat diperoleh oleh orang yang merenungi makna-makna Al-Qur'an. Yaitu keajaiban-keajaiban Asma dan Sifat Allah. Itu terjadi, tatkala orang tadi menuangkan segala curahan iman dalam hatinya, sehingga ia dapat memahami bahwa setiap Asma dan Sifat Allah itu memiliki tempat (bukan dibaca) di setiap gerakan shalat. Artinya bersesuaian. Tatkala ia tegak berdiri, ia dapat menyadari ke-Maha Terjagaan Allah, dan apabila ia bertakbir, ia ingat akan ke-Maha Agung-an Allah." (Lihat Ash-Shalah karya Ibnu Qayyim)
    Imam Al-Ghazali dalam Al-Arba’ien: “Hendaklah kamu membaca ‘Allahu Akbar’ dengan mengingat bahwasanya tidak ada yang lebih besar kekuasaanya daripada Allah SWT; Hendaklah kamu membaca ‘wajjahtu wajhiya …,’ dengan perasaan bahwa kamu benar-benar menghadapkan jiwamu kepada Allah SWT dan berpaling dari selainNya; Hendaklah kamu membaca ‘AlhamdulilLah’, dengan ‘penuh rasa syukur kepada Allah SWT terhadap segala nikmat-nikmatNya; Hendaklah kamu membaca ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’ien’, dengan perasaan bahwa ‘kamu sangat lemah dan bahwa segala urusan itu hanya di tangan Allah SWT semata-mata;Dan hendaklah di tiap-tiap kamu membaca dzikir, kamu ingat makna-maknanya. Dan ketahuilah, bahwa segala yang membimbangkan kamu dari memahamkan makna apa yang kamu baca dipandang was-was”
    Sabda Nabi SAW, ” tidaklah seorang muslim berwudhu’ lalu disempurnakan wudhu’nya itu kemudian berdiri mengerjakan shalat dan ia mengerti yang dibacanya, melainkan keluarlah ia dari shalatnya seperti anak yang baru dilahirkan ibunya. ( HR. Muslim dan abu daud).
    Bacaan shalat itu harus kita mengerti semua kandungannya, supaya dapat kita hayati/ ingat dalam shalat, sebab semua bacaan shalat itu mengingatkan kita kepada allah. Menghayati adalah dengan kalbu, sesuatu bisa dihayati apabila dimengerti, sesuatu yang tidak dimengerti tidak akan dapat dihayati.
    Penjelasan ulama-ulama terdahulu bahwa nabi SAW, Para sahabat atau para tabi’in, dalam shalatnya, zikir dan membaca alquran, mereka kadang terharu dan menangis, adalah sebagai pertanda bahwa mereka memahami makna bacaan dan menghayatinya.
    Orang tidak akan menangis dalam shalat kalau konsentrasinya kurang.  orang menangis karena mengerti bacaan-bacaannya. Kalau tidak mengetahui isi yang dibacanya bagaimana dia bisa menangis? . misalnya dalam Shalat bukan untuk dihafal, tapi dipahami, dan dimengerti. Shalat adalah komunikasi kita dengan Allah. Tidak ada komunikasi dengan bahasa yang tidak dimengerti.(Dr.H.Rusli Hasbi,MA)
7. Memelihara Thuma'ninah (Ketenangan), Dan Tidak Terburu-buru Dalam Shalat
    Thuma’ninah adalah diam beberapa saat setelah tenangnya anggota-anggota badan, para ulama memberi batasan minimal yaitu sekedar waktu.
    Thuma’ninah adalah rukun shalat, tanpa melakukannya shalat menjadi tidak sah. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sah shalat seseorang, sehingga ia meluruskan punggungnya ketika ruku’ dan sujud.”( HR. Abu Daud)
    Rasulullah SAW bersabda “Apakah kalian menyaksikan orang ini? Barangsiapa meninggal dengan keadaan seperti ini (shalatnya) maka dia meninggal di luar agama Muhammad. Ia mematuk dalam shalatnya sebagaimana burung gagak mematuk darah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang shalat dan mematuk dalam sujudnya adalah bagaikan orang lapar yang tidak makan kecuali sebutir atau dua butir kurma, bagaimana ia bisa merasa cukup (kenyang) dengannya?”(HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya.
   hadits tentang "Shalat orang yang asal-asalan", lalu dikoreksi oleh Nabi SAW. Bahkan orang itu disuruh mengulangi shalatnya dengan sabda beliau,: "...dan ruku'lah sehingga kamu thuma’ninah dalam ruku' itu, lalu tegaklah berdiri sampai kamu thuma’ninah dalam berdiri...dst." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan yang lainnya)

8. Semangat Dalam Melakukannya
    Ini satu hal yang lumrah. Karena tatkala seseorang shalat dengan seenaknya, malas dan tidak bersemangat; jelas tak akan dapat diharapkan kekhusyu'annya.. Oleh sebab itu, dalam hadits yang diceritakan Anas bin Malik disebutkan bahwa Rasulullah pernah memasuki masjid. Tiba-tiba beliau melihat ada tali yang direntangkan antara dua tiang masjid tersebut. Beliau lantas bertanya: "Untuk apa tali ini?" Para, sahabat menjawab: "Itu punyanya Zainab. Kalau dia lagi lemas waktu shalat, itu dijadikan tempat berpegangan." maka beliau bersabda: "Lepaskan tali itu. Setiap kamu itu hendaknya shalat dengan bersemangat. Kalau dia memang merasa capek, ya istirahat dulu." (HR. Bukhari: 1150, Muslim: 784 dan lain-lain)
    Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang di antara kamu mengantuk, sedangkan ia tengah melalukan shalat; hendaknya ia tidur terlebih dahulu sehingga hilang rasa mengantuknya. Karena kalau ia shalat terus, jangan-jangan, ia ingin beristighfar malah mencaci dirinya sendiri." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimi dan Malik dalam Al-Muwattha, dari hadits Aisyah)
    Imam An-Nawawi menyatakan: "Hadits tersebut mengandung anjuran agar seorang hamba itu shalat dengan konsentrasi penuh, khusyu', terfokus fikirannya kepada Allah dan dengan semangat. Hadits tersebut juga menyuruh orang yang mengantuk selagi shalat itu untuk tidur dulu, atau melakukan hal lain yang dapat menghilangkan rasa kantuknya." (Lihat Syarhu An-Nawawi VI/74)

9. Memilih Tempat Shalat Yang Sesuai
    Artinya yang memenuhi syarat agar bisa membuat shalat kita menjadi khusyu’. Tempat tadi paling tidak harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
a) Tenang, dan jauh dari keributan yang ditimbulkan mungkin oleh penuh sesaknya orang-orang yang shalat, sehingga membikin suara yang mengganggu. Sesungguhnya Nabi SAW pernah menegur ketika dalam shalat beliau mendengar suara ribut di belakangnya.
b) Hadirnya para malaikat. Artinya, kita menghindari hal-hal/sesuatu yang menghalangi malaikat (rahmat) untuk memasuki tempat kita menunaikan shalat, misalnya, lukisan benda bernyawa, atau anjing. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Para malaikat tidak akan memasuki satu rumah yang di dalamnya ada lukisan benda bernyawa, atau anjing." (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, An-Nasa'i, dan yang lainnya)

10. Menghindari Segala suatu Yang Menyibukkan Dan Mengganggu Shalat
    Shalat di kala makanan sudah dihidangkan; atau shalat di kala menahan buang air kecil atau besar. Nabi SAW bersabda: “Janganlah salah seorang di antara kamu shalat, kala makanan dihidangkan, atau kala menahan buang air." (HR. Muslim,Ibnu Hibban dan Al-Baghwi dalam "Syarhu As-Sunnah")
Diriwayatkan dalam hadits al-Bukhari dan Muslim, bahwasanya Ibnu Umar pernah dihidangi makanan; saat itu adzan berkumandang, namun beliau terus saja makan sampai selesai. Padahal beliau sudah mendengar suara bacaan imam.
    Shalat di bawah terik matahari. Rasulullah bersabda,"Apabila matahari bersinar terik panas sekali, tundalah waktu shalat hingga cuaca dingin. Karena sesungguhnya panas yang terik itu berasal dari uap Narr Jahannam."
     Memandang {ketika shalat) sesuatu yang merusak konsentrasi. Dari Anas diceritakan, bahwa Aisyah memiliki kain korden berhias yang menutupi sebagian tembok rumahnya. Maka Rasulullah SAW bersabda: "Singkirkan korden itu. Sesungguhnya gambar-gambarnya terus terbayang dalam diriku di waktu shalat." (HR. Bukhari dan Ahmad)
    Imam Ash-Shan'ani berkomentar: " hadits itu mengandung larangan terhadap segala hal yang dapat mengganggu shalat. Baik itu ukiran-ukiran, hiasan-hiasan dan lain-lain.”

11. Memanjangkan Bacaan
    Memanjangkan bacaan surat dalam shalat, seringkali membantu proses kekhusyu'an, terutama bagi yang mengerti kandungan makna bacaan itu, atau bagi orang yang dianugerahi Allah kelembutan jiwa. Rasulullah SAW pernah ditanya: "Shalat bagaimana yang paling utama?" Beliau menjawab: "Yang panjang qunut/kekhusyu'an nya." (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Baghwi dalam Syarhu As Sunnnah)
    Imam Ibnul ‘Arabi menyatakan: "Aku mencoba menyelidiki sumber-sumber kekhusyu'an; lalu kudapati ada sepuluh perkara: Ketaa'atan, ibadah, kesinambungan melakukan amal shalih, shalat, bangun malam; berdiri panjang (dalam shalat), berdo’a, ketundukan, diam tenang, dan tidak menoleh-noleh. Kesemuanya adalah alternatif yang saling terkait. Namun yang paling berpengaruh adalah: ketundukan, berdiam diri dan bangun malam." (Lihat "Al-'Aridhah").
    Lamanya ruku’ Rasulullah SAW sekira sepuluh bacaan tasbih, begitu juga pula semasa sujud. Tetapi ada kalanya baginda ruku’ kira-kira sama dengan lamanya saat berdiri, sebagaimana baginda kerjakan pada waktu solat malam dan sendirian. Dalam solat, baginda menseimbangkan solatnya mengikut kesesuaian keadaan. ( Tuntutan Rasulullah Dalam Ibadah. Ibn Qaiyim)
    “Nabi SAW melakukan ruku’, berdiri setelah ruku, sujud dan duduk antara dua sujud dengan tempo (kadar lama masanya) masing-masing hampir sama”. (HR. Bukhari dan Muslim)

12. Shalat Seperti Shalatnya Orang Yang Akan Bepergian Jauh (Meninggalkan Alam Fana)
    Rasulullah SAW menegaskan: "Apabila engkau melakukan shalat, maka shalatlah kamu, dengan shalatnya orang yang akan meninggalkan alam fana... " (HR. Ibnu Majah, Ahmad dan dihasankan oleh Al-Albani dalam "Shahih Aljami' Ash-Shaghir")
  
    Menurut Ibnul Qayyim, Shalat dan amalan yang maqbul (yang akan diterima Allah) adalah apabila dilakukan dengan cara yang sesuai dengan kebesaran Allah ‘Azza wajalla, kalau shalat tersebut dilakukan dengan benar dan pantas maka pasti akan diterima. Amalan yang Maqbul (diterima di sisi Allah) ada dua macam :
1. Shalat dan amalan lainnya yang dilakukan seorang hamba dengan sepenuh hati kepada Allah ‘azza wajalla, ia senantiasa ingat (zikir) kepada Allah ‘azza wajalla. Maka amalan ini akan dibawa kehadapan Allah, diletakkan di depan-NYa, kemudian Allah memandang amalan tersebut, kalau Allah melihat amalan tersebut dilakukan dengan ikhlas mengharapkan ridha-Nya, timbul dari hati yang selamat (bersih), ikhlas dan cinta serta bertaqarrub kepada-Nya, maka Allah akan mencintai amalan tersebut, meridhainya dan menerimanya.

2.Amalan yang dilakukan karena sekedar kebiasaan dan dilakukan dengan lalai, meskipun niatnya untuk ketaatan dan taqarrub kepada Allah, anggota tubuhnya melakukan gerakan-gerakan ketaatan, tetapi hatinya lalai dari mengingat Allah. Ketika amalan tersebut diangkat menghadap Allah, dia tidak diletakkan di hadapan-Nya, dan Allah tidak memperhatikannya, tapi amalan tersebut langsung di letakkan di tempat catatan amal, sehingga nanti ditampilkan pada hari kiamat. Allah akan memberikan balasan sesuai dengan bagian yang dikerjakan karena mengharapkan ridha-Nya, sementara yang dikerjakan bukan karena mengharapkan ridha-Nya akan ditolak. )
    Menurut Drs H Syahminan zaini . Shalat yang diterima allah adalah shalat yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan pengertian, dengan khusuk dengan ikhlas dan sesuai dengan sunnah.

Sumber Pustaka:
1. “bulughul maram”, Ibnu Hajar al 'Asqolani
2. ” Fiqhus Sunnah”, Sayyid Sabiq
3. “Menghadirkan Hati Ketika Shalat”, Ibnu Qayyim
4. “Pedoman Shalat”, Prof TM Hasbi A
5. “Sudah Sempurnakah Shalat ku”, Drs H Syahminan zaini.
6. www ilma95.net dan beberapa situs lain

1 komentar:

  1. suatu yang semakin hari semakin menghilang,trims

    BalasHapus

 
Ilham Melyundra - Rizki Melyundra - Tamy Choirunnisa