TANGISAN ORANG BERIMAN

    Menangis bukanlah sebagai tanda kelemahan jiwa seorang yang menyebabkannya jatuh ke jurang kehinaan, namun justru sikap terpuji, yang mestinya terdapat pada diri setiap hamba Allah yang senantiasa berdiri pada dua tonggak kehidupan  yaitu khouf (rasa takut) dan roja’ (rasa harap).
     Di masa sekarang, banyak yang mencela atau memandang rendah orang yang suka menangis ketika melihat orang lain beribadah semisal; sholat, membaca Al Qur’an, berdzikir.
      Seseorang yang tidak pernah menangisi dosa-dosanya kecuali telah mengeras hatinya, dan tidak pula menangis lantaran takut menghadapi beratnya hisab hari kiyamat kecuali ada rongga hatinya yang telah membatu. Imannya tidak beres, ketaqwaannya asal-asalan, dan menyangka amal kebaikannya telah memadai. Menangis karena Allah bukanlah karena cengeng dan remeh. Tapi menangis karena tabir jiwanya telah tersingkap akan hakekat makna kebesaran Allah ta’ala.


        Imam Al-Qurthubi berkata: cucuran air mata tergantung apa yang seorang hamba rasakan. Jika timbul karena rasa tunduk kepada keperkasaan Allah maka hal itu menjadi tangis karena takut kepada-Nya, dan jika timbul karena mengagumi dan mengharapkan keindahan-Nya maka hal ini karena rindu kepada-Nya.
        Firman allah SWT “ Katakanlah: Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud. dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’ “.(QS.17.107-109).
    Ayat ini menunjukkan kebaikan membaca tasbih dalam sujud. `Aisyah ra berkata: "Adalah Rasul saw banyak membaca dalam sujud dan rukuknya. Sifat orang ahli ilmu yang telah mencapai martabat yang mulia. Hatinya menjadi tunduk dan matanya mencucurkan air mata ketika Alquran dibacakan kepadanya. Mencucurkan air mata ketika mendengar atau membaca Alquran sangat terpuji dalam pandangan Islam. (Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Israa' 108-109)
    Imam Al-Qurthuby Ketika mentafsirkan surah Al-Israa ayat 109, menyebutkan bahwa kita dibolehkan menangis di dalam sholat, ayat tersebut sebagai dalilnya, dan tangisan tidak memutuskan atau mencemari sholat yang sedang kita lakukan.
    Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.). “.(QS.5.83).
    Saat-saat kaum Nasrani itu mendengar ayat-ayat Alquran, mereka mencucurkan air mata karena sangat terharu dan yakin atas kebenaran Alquran yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. yang ternyata membenarkan kitab suci mereka dan mereka terharu pula oleh sifat-sifat Nabi Muhammad saw. yang telah mereka kenal sebelumnya dari kitab suci mereka. Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Maa-idah 83.
    Ibnu katsir saat menafsirkan “.(QS.5.83) diatas, menjelaskan dengan hadist dari ibnu abbas mengatakan, mereka adalah para petani yang bersama ja’far ibnu abu talib dari negeri habsyah. Ketika rasulullah membacakan alquran kepada mereka, lalu mereka beriman, dan airmata mereka bercucuran.
    Diriwayatkan dari 'Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw berkata: "Wahai 'Aisyah saya pada malam ini beribadah kepada Allah SWT". Jawab Aisyah ra: "Sesungguhnya saya senang jika Rasulullah berada di sampingku. Saya senang melayani kemauan dan kehendaknya" Tetapi baiklah! Saya tidak keberatan. Maka bangunlah Rasulullah saw dari tempat tidurnya lalu mengambil air wudu, tidak jauh dari tempatnya itu lalu shalat. Di waktu shalat beliau menangis sampai-sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Alquran yang dibacanya. Setelah shalat beliau duduk memuji-muji Allah dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan menangis lagi dan air matanya membasahi tanah. Setelah Bilal datang untuk azan subuh dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya: "Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang". Nabi menjawab: "Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah SWT? Dan bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah SWT telah menurunkan ayat kepadaku. Selanjutnya beliau berkata: "Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan merenungkan kandungan artinya".(Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Ali 'Imran 190)
    Terkadang tangisan beliau sebagai bentuk ungkapan kasih sayang terhadap orang yang meninggal atau pula sebagai ungkapan rasa kekhawatiran dan belas kasih terhadap umatnya dan kadang karena rasa takut kepada Allah atau ketika mendengar Al-Qur'an. Yang seperti itu adalah tangisan yang timbul dari rasa rindu, cinta dan pengagungan bercampur rasa takut kepada Allah.( Zadul Ma'ad 1/183.)
    Dari Ibnu Mas’ud ra Rasulullah bersabda kepadaku: “Bacakanlah kepadaku Al Qur’an. Aku menjawab, “Ya Rasulullah bagaimana aku akan membacakan Al Qur’an kepadamu, padahal kepadamulah Al Qur’an itu telah diturunkan. Rasul bersabda: “Aku suka mendengar Al Qur’an itu dibaca oleh orang lain. Maka aku membaca surat An Nisa’ sampai kepada ayat fakaifa idza ji’na min kulli ummatin bi syahidin waji’na bika ‘ala haaulai syahidan (bagaimanakah bila Kami telah mendatangkan engkau (Rasulullah) sebagai saksi atas semua mereka itu?) Rasulullah bersabda, “ Cukuplah bacaanmu itu Ibnu Mas’ud. Maka Ibnu Mas’ud berkata, “maka aku menoleh pada Nabi, maka kulihat mata Nabi berlinang basah oleh air mata. (HR. Bukhari Muslim)
    Sabda Nabi SAW, "Tujuh golongan yang akan mendapat naungan dari Allah Swt. pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, diantara mereka itu adalah; seorang laki-laki yang mengingat Allah Swt. dikala sendiri kemudian mengalir deraslah air matanya." (Muttafaq `Alaihi).
    Allah memuji orang yang menangis karena takut siksa-Nya dengan menjamin keamanan baginya. Mereka tersungkur dan bersujud seraya mencucurkan air mata karena perasaan tunduk dan patuh kepada Allah. Mereka mendengar ayat dengan sikap mengagungkan sehingga memberi pengaruh dalam jiwanya berupa iman, harapan, rasa takut, yang kesemuanya mengharuskan menangis serta memohon ampun kepada Robb semesta alam.
    Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk ke dalam neraka, seseorang yang pernah menangis karena takut kepada Allah, sehingga air susu kembali ke putingnya, dan tidak akan dapat bersatu debu saat berjihad fisabillah dengan asap neraka jahannam”. (HR. Tarmidzi)
    Hadits ini mengungkapkan bahwa mustahil bagi seseorang yang pernah menangis berurai air mata karena takut kepada Allah saat di dunia, bakal dimasukkan ke dalam neraka oleh Allah Azza Wa Jalla di hari kiamat.
Dari kitab terjemah Riyadhus Shalihin karangan Imam Nawawi, menukil sebuah hadits sebagai berikut: Artinya: Dari Abbdullah bin Asy-Syikkhir r.a., dia berkata: “Saya mendatangi Rasulullah SAW sedangkan beliau sedang shalat, dan di dalam perutnya terdengar suara seperti suara air sedang mendidih, saat beliau menangis.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
    Beliau menangis karena lagi berhadapan dengan Allah, lagi berbicara dengan Allah, tiba-tiba timbul rasa takut di hadapan Sang Pencipta. Dia takut kalau salah di mata Penciptanya. orang tidak akan menangis dalam shalat kalau konsentrasinya kurang. orang menangis karena mengerti bacaan-bacaannya. Kalau tidak mengetahui isi yang dibacanya bagaimana dia bisa menangis? . misalnya dalam Shalat bukan untuk dihafal, tapi dipelajari, dan dimengerti. Shalat adalah komunikasi kita dengan Allah. Tidak ada komunikasi dengan bahasa yang tidak dimengerti. (Dr. H. Rusli Hasbi, MA)
     Abu Umamah ra berkata, Rasulullah bersabda, “Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah melainkan dua tetes dan dua bekas; Tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah dalam mempertahankan agama Allah. pertolongan pada hari kiyamat nanti adalah orang yang berdzikir kepada Allah dalam kesendirian lalu air matanya berlinangan. Berkenaan dalam hal ini, Ka'ab al-Ahbar berkata: ”menangis karena Allah lebih aku sukai dari pada bersedekah dua kilogram emas”
    Rasulullah pernah memberi nasehat dengan teramat menyentuh hati, sehingga hati para sahabat bergetar, nafas-nafas mereka bersenggukan, tak kuasa membendung air mata di saat mendengarnya: “aku nasehatkan kepada kalian agar selalu bertaqwa, mendengar serta taat”, sehingga salah satu dari mereka berkata: Ya rasul, ini seolah-olah nasehat perpisahan antara kami dan engkau (HR Abu Dawud: 4607).
    Diriwayatkan dari Abu Dzar bahwa Rosulullah bersabda: “Sesungguhnya aku melihat sesuatu yang tak bisa kalian lihat, mendengar apa yang tak kalian dengar, yaitu langit telah retak dan sudah semestinya langit berderak. Di sana tiada suatu tempat untuk empat jemari kecuali telah ada malaikat yang menyungkurkan dahinya bersujud kepada Allah. Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian pasti sedikit tertawa dan banyak menangis. Kalian juga tidak akan bersenang-senang dengan istri di tempat tidur, kalian tentu akan keluar ke jalan-jalan untuk memohon perlindungan kepada Allah” lalu mata Abu Dzar pun berlinangan tangis dan berkata: “demi Allah, seandainya bisa, lebih baik aku menjadi pohon saja yang diambil daunnya”(HR Tirmidzi: 2312).
    Ketika turun wahyu nabi tertunduk, demikian juga para sahabat yang bersamanya. Setelah selesai beliau baru mengangkat kepala kembali. Kemudian Anas bin Malik berkata: “suatu ketika kami berada di majelis rasulullah, maka di antara kami antusias bertanya mengenai beberapa hal kepada nabi. Lalu sejenak majlis itu terdiam haru. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, ternyata aku melihat setiap manusia menempelkan wajah-wajah mereka ke pakaiannya sembari menangis tersedu-sedu” (Bukhori-Muslim)
    Di saat rosulullah SAW berkhutbah: ”Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian pasti sedikit tertawa dan banyak menangis”, Maka Anas bin Malik berkata: “kami semua sangat tesentak dengan sabda ini dan aku melihat para sahabat menutupkan surban-surban mereka ke wajah sambil menangis terisak-isak. Seakan-akan tiada hari yang lebih menyedihkan melebihi hari itu. Lalu Umar ra berdiri sementara nafasnya masih menahan tangis seraya berucap: “kami ridho Allah sebagai Robb, kami ridho Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai nabiku” (HR Tirmidzi : 2312).
    Saat Rasulullah sakit keras dan tidak dapat mengimami sholat dengan para sahabat, saat itu Rasulullah memerintahkan Abu Bakar Siddiq ra menjadi imam atas para Sahabat. Siti Aisyah ra menceritakan bahwa jika Abu Bakar berdiri sebagai imam menggantikan Rasulullah maka beliau akan menangis keras sekali sehingga bacaan qur’annya tertutup (tidak terdengar oleh para Sahabat) karena suara tangisannya itu. (HR. Bukhari Muslim).
    Abu Bakar adalah orang yang mudah menangis tatkala membaca Al-Qur’an. Di saat mengganti nabi sebagai imam, ia tak kuasa menahan tangisnya dalam sholat. Tidaklah Abu Bakar dan Umar menunaikan sholat, kecuali sering terlihat bekas tangisnya yang membasahi janggut dan baju mereka. Seorang Umar, meskipun ia sosok yang tegas namun mudah luluh hatinya dengan kebenaran Al-Qur’an. Diriwayatkan bahwa Umar pernah mengimami manusia membaca surat Al-Muthoffifin dan tangisnya terdengar hingga sampai shof ketiga (HR. Bukhori).
    Abu Bakar r.a dikenal sebagai seorang sahabat al-bakka` yaitu orang yang sering menangis. Aisyah r.a berkata, "Sesungguhnya Abu Bakar adalah laki-laki yang hatinya lembut, apabila ia membaca al-Qur`an ia selalu menangis."
    Salah satu golongan yang mendapat pertolongan pada hari kiyamat nanti adalah orang yang berdzikir kepada Allah dalam kesendirian lalu air matanya berlinangan. Berkenaan dalam hal ini, Ka’ab al-Ahbar berkata: ”menangis karena Allah lebih aku sukai dari pada bersedekah dua kilogram emas”.
    Imam Malik bin Anas sebagai imam di Madinah, shalat malamnya sangat menakjubkan. Asyhab bin Abdul Aziz pernah menceritakan, “Aku pernah keluar pada suatu malam ketika orang-orang telah tertidur. Aku melewati rumah Malik bin Anas. Dia tidak tidur, tetapi mengerjakan shalat. Seusai membaca surah al-Fatihah, ia membaca surah at-Takatsur. Ketika sampai pada ayat terakhir, “Kemudian kau pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan [yang kamu megah-megahkan di dunia ini]” ia menangis lama sekali. Ia ulangi lagi surah tersebut dan menangis lagi. Lamanya tangis Malik bin Anas yang aku dengar itu telah membuat aku lupa pada kebutuhan yang aku tuju. Ia tetap saja berdiri dan mengulang-ulang ayat tersebut sambil menangis sampai fajar terbit. Ketika fajar telah tampak, ia baru rukuk. Aku pun pergi meninggalkan dia dan pulang ke rumah. Lalu aku mengambil air wudhu dan pergi ke masjid. Tiba-tiba Malik sudah ada di tempat duduknya di masjid bersama orang-orang lainnya. Pada waktu pagi, aku melihat wajahnya bersinar.” (Ibnu al-Kharrath, ash-Shalat wa at-Tahajjud).
     Keutamaan menangis karena Allah sangatlah banyak, namun manusia yang mampu amatlah sedikit. Sebab yang dicari manusia kebanyakan adalah bahan-bahan humor, canda tawa, senda gurauan dan bersenang-senang. Maka sempatkanlah menangis karena takut kepada Allah, jika kalian tetap tidak bisa menangis maka berusahalah supaya menangis. Ibnu Qoyyim berkata: berusaha menangis itu ada dua macam; terpuji dan tercela. Terpuji jika membangkitkan rasa takut dan kelembutan hati, tercela jika menimbulkan riya’ dan sum’ah. Suatu ketika Ibnu Qoyyim melewati orang yang sedang membaca al-Qur.an dengan menangis, namun ketika beliau melaluinya ia menjadi menangis keras-keras. Lalu beliau berkata: tadi orang ini membaca Al-Qur’an dan menangis karena Allah, adapun berikutnya karena syetan”
    Hidup dan lembutnya hati karena sebab menangis, matinya hati lantaran banyak bicara yang tidak bermanfaat, lalai dan terbahak-bahak. Menangislah karena menyadari kebesaran kerajaan Allah SWT. Menangislah karena terlampau banyak kelalaianmu dari pada dzikir kepada-Nya, menangislah karena masih teramat sedikit amal yang kita peruntukkan kepada-Nya, masih teramat kurang cinta ini kepada-Nya, betapa masih sangat sedikit kepatuhan ini kepada-Nya. Padahal sudah teramat besar dan luas belas kasih-Nya kepada kita. Menangislah sebelum tibanya hari yang tiada guna lagi penyesalan dan tangisan. Berusahalah menangis semata-mata karena-Nya, sebab di sana ada kebahagian. [Ust. Abu Hasan Ali Halaby ]
    Seorang Tabi’in berkata : “siapa diberi ilmu dan tidak membuatnya menangis maka lebih baik baginya untuk tidak diberi ilmu, karena Allah telah menerangkan bahwa sifat orang yang berilmu itu adalah menangis”. (Riwayat Ad-Daraami).
    Ilmu akan mengantarkan seseorang untuk beriman, dan iman pula akan membuat hati seseorang itu menjadi lembut, dan hati yang lembut akan membuat seseorang itu mudah menangis. Jadi, menangis adalah sebagai tanda kelembutan hati.
Wallahu a`lam bish-showab


Disarikan dari:
1. “Menangis Adalah Sunnah Dalam Islam”. Tengku zulkarnain
2. “Nikmatnya Menangis Karena Allah”.Abu Hasan Ali Halaby
3. “Petunjuk Nabi SAW Dalam Menangis”. Abdullah bin Ibrahim Al-Haidan
4. “Riyadhus Shalihin “. Imam Nawawi. Jilid 1
4. “Ubay dan Tangis Rasulullah”, Dr. H. Rusli Hasbi, MA
5. “Zadul Ma'ad ‘. Ibnu Qoyyim
6. www.marifassalman. multiply.com dan dari beberapa situs lain.

2 komentar:

 
Ilham Melyundra - Rizki Melyundra - Tamy Choirunnisa