ILMU DAN JIHAD DAPAT MENEMUKAN JALAN LURUS

      “Dan orang yang berjihad [untuk mencari keridhaan] Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami .... (QS.al-Ankabut [29]: 69). Ayat ini menjelaskan bahwa jihad (kesungguhan) yang tulus di jalan Allah swt adalah syarat utama untuk memperoleh petunjuk dari allah. Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambahkan petunjuk dan menganugrahkan (balasan) ketakwaannya kepada mereka. (QS.Muhammad,47: 17).
      Dalam surat al-an’am ayat 153 Allah berfirman: “dan bahwa apa yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan kepadamu agar kamu bertakwa”. Firman Allah ini secara tegas menyuruh kaum muslimin untuk mengikuti tuntunan agama seperti yang ada dalam kitab suci alqur'an dan sunnah Rasulullah SAW, agar dengan demikian dia menjadi orang yang benar-benar bertakwa.
      Ilmu adalah perantara yang mengatarkan kita pada kedekatan dengan Allah SWT, karena tujuan sejati dalam pencarian ilmu adalah pendekatan kepada-Nya. Orang yang berilmu adalah orang yang paling bertakwa. Dan barang siapa yang bertakwa maka Allah akan lebih mencurahkan ilmu-Nya.
      Sesungguhnya menuntut ilmu syar’i merupakan bagian rangkaian jihad. Karena agama islam ditegakkan dengan ilmu dan jihad di jalan Allah SWT.
      Diriwayatkan oleh Al Imam Al Hafidz Ya’qub bin Sufyan Al Fasawiy di dalam kitab Al Ma’rifah wa Tarikh dengan sanadnya dari Abu Darda’ ra, beliau berkata : “Tidaklah seseorang yang pergi ke masjid untuk mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, melainkan ditetapkan baginya pahala seorang mujahid, tidaklah dia kembali (kerumahnya) kecuali tercukupi (kebutuhannya akan ilmu).”
      Di dalam kitab Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadlihi hal 159 oleh Imam Ibnu Abdil Barr ra, beliau mengatakan : “Barangsiapa yang menganggap seseorang yang keluar di waktu pagi dan petang untuk menuntut ilmu bukan dikategorikan orang yang berjihad, maka sungguh telah kurang akal dan pikirannya.”
      Al Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah di dalam kitab Miftah Darus Sa’adah , beliau menyatakan : “Sesungguhnya dijadikan (perkara) menuntut ilmu termasuk di jalan Allah, karena dengannya akan tegak agama Islam sebagaimana tegaknya agama dengan jihad, maka kokohnya agama dengan ilmu dan jihad.”
      Al Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwasanya termasuk perkara-perkara di jalan Allah adalah jihad dan menuntut ilmu serta mendakwahi manusia kepada jalan Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu, Mu’adz bin jabal ra berkata : “Hendaklah kalian menuntut ilmu. Sesungguhnya menuntut ilmu karena Allah adalah (perwujudan) rasa takut, mempelajarinya termasuk ibadah, menelaahnya adalah tasbih dan membahasnya merupakan jihad.”
      Diperlukan kecermatan dan kebersihan hati untuk dapat memenuhi perintah Allah, seperangkat ilmu diperlukan untuk dapat memahami perintah-Nya, dan mendalami maksud yang terkandung di dalamnya serta mengambil hikmat yang ada. Suruhan dan perintah Allah dijabarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
      Suruhan dan perintah itu sarat dengan rahasia dan hikmah yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang dekat dengan-Nya. Kedekatan hamba dengan Allah adalah karena ilmu dan takwanya. Mereka, yaitu orang-orang yang berilmu dan bertakwa yang benar-benar takut kepada-Nya.
       Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya Allah akan menerima (amalan) dari kalangan orang-orang yang bertakwa.” (Al Maidah : 27). Al Imam Ibnul Qoyyim menafsirkan ayat ini : “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla hanyalah menerima amalan orang-orang yang bertakwa dengan amalan tersebut. Dan ukuran ketakwaan itu adalah ikhlas dengan mencocoki perintah-Nya, dan semua ini akan diperoleh dengan ilmu.”
      Sesungguhnya ilmu merupakan penuntun dan pembimbing suatu amalan. Amal perbuatan akan mencapai kesempurnaan apabila diarahkan dengan ilmu yang bermanfaat. Sedangkan setiap amalan yang tidak didasari dengan ilmu maka tidak akan memberi manfaat bagi pelakunya, bahkan memberikan mudharat kepadanya. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Salaf (para pendahulu yang shalih) : “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka kekeliruannya lebih banyak daripada benarnya”. Dalam alqur'an allah berfirman melarang kita untuk melakukan sesuatu yang kita tidak ada ilmu tentangnya. Maka jangan  jadi pak turut, lakukanlah pendalaman tentang agama secara sungguh-sungguh, pahami penjelasan ulama-ulama terdahulu dari berbagai refrensi yang membahas tentang alqur'an dan hadist, jika telah dianalisis dan yakin, istiqomahlah  dijalan itu, semoga allah telah menunjukkan jalan yang lurus, seperti firman allah diatas.
      Membalikan fakta, yang benar dinilai salah dan yang salah dinilai benar.Yang salah didukung dan mendapat simpatik yang luas dikalangan masyarakat, sedang yang benar dan lurus dipojokkan dan dihujat. Jadilah orang yang salah itu sebagai panutan dan pemimpin umat, pembelaan terhadapnya diyakini sebagai perbuatan baik, terhadap hal ini Allah berfirman ; “maka apakah orang yang dijadikan setan menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini itu baik, sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendakinya dan menunjukkan siapa yang di-kehendakinya, maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” (Fathir: 8).
      Jika kondisi semacam itu dibiarkan, maka yang tinggal adalah orang-orang yang berani menafsirkan agama seenaknya sendiri,(tidak merujuk dari penjelasan ulama-ulama terdahulu) yang ada adalah orang bodoh yang tidak mengerti agama tetapi dijadikan panutan. Hal semacam ini pernah diingatkan oleh Rasulullah dalam suatu hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari hamba-hamba-Nya, tetapi Dia mencabutnya dengan mencabut para ulama’, sehingga ketika tidak ada orang alim yaitu orang yang memahami agama, maka mereka mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Mereka ditanyai dan memberi fatwa tanpa dasar ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan”. Rasulullah SAW bersabda: ’Jika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya”.
      Dari pernyataan di atas, apabila taubat datang dari para hamba, mengikuti perintah-Nya, berjihad dan berusaha untuk mencari jalan lurus dengan ilmu yang bersumber dari alqur'an dan hadist, dan melangkahkan kaki di jalan hak, maka kemurahan (lutf) Ilahi akan mendatangi kehidupan mereka, akan menuntun mereka, dan akan mengantarkan mereka mencapai tujuan kehidupan.
       Semoga kita tidak termasuk golongan orang yang disebutkan oleh Allah dalam firmanNya: “Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (Al-Kahfi: 103-104).

Disarikan dari:
1. Amal yang Diterima Allah , Penulis. Ustadz Abu Abdirrahman Abdullah Zaen
2. Menimbang Amal, Oleh IMAM Al Jawi Al Atsary
3. ILMU DAN JIHAD Penulis: Al Ustadz Abu Abdirrahman Abdul Aziz As Salafy
4. Berhati-hati dalam beribadat H.M. Dahlan Ridlwan
5. Memaknai Jihad Secara Kaffah , KH. Didin Hafiduddin
6. Jihad Harus Didasari Ilmu, Al Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al Bugisi
7. Keutamaan Ilmu Syar’i Dan Mempelajarinya, Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

2 komentar:

 
Ilham Melyundra - Rizki Melyundra - Tamy Choirunnisa